Just another WordPress.com weblog

sebongkah kebencian

————————————————————————————————————–

————————————————————————————————————–

“ayah dan ibu akan cerai” kata – kata itu terus berputar – putar memenuhi isi kepalaku.

aku hanya bisa diam, dengan sejuta kepahitan yang menyeruak dan membuatku kaku membeku, pikirku, bahkan mungkin hatiku.

tak ada sepatah katapun yang mampu meluncur dari bibir ini, terasa begitu kelu.

aku ingin lari, sejenak ingin bersandar, entah pada siapa.

sebuah nama akhirnya muncul dalam pikirku, tapi aku ragu

bukankah selam ini dia telah membuatku kecewa dan tanpa sadar dia juga membuatku menangis.

tapi hanya dia, dia yang selalu terbayang dan terpikir di otakku.

mungkin racun yang ia sebar telah menyebar, menyeruak menguasai pikirku.

entah racun seperti apa, hingga rasanya pikir ini, hati ini, rasa ini selalu terikat oleh namanya.

***

semalam aku sudah menghubunginya. dia setuju untuk menemuiku, dan menemaniku ngobrol.

aku pergi tanpa pamit, aku pikir kedua orang tuaku yang kini berada di tempat terpisah juga tak begitu mempedulikan.

meraka sibuk dengan perpisahan..ehm, rencana perpisahan.

aku sampai di sekolah setelah setengah jam lebih aku menempuh perjalanan dengan motorku.

aku menunggunya disini di tempat dimana aku dan dia, dan juga teman – teman yang lain sering menghabiskan waktu bercanda.

……..

……..

……..

sudah satu jam berlalu namun dia belum juga tiba,

……..

……..

2 jam sekarang tepat pukul 12.30 bayangnya pun tak kunjung tiba

…….

…….

…….

3 jam tepat bersamaan dengan hp ku yang drop.

…….

…….

…….

4 jam seseorang datang,

“sedang nunggu siapa neng?” tukang kebun sekolah, pak junairi tersenyum ramah, setidaknya dia membuatku lega

“teman pak” jawabku singkat.

“kok saya perhatikan mulai tadi pagi nunggu sampai siang begini belum datang ya neng temannya?”

“iya pak”

………

………

………

………

5 jam,

“loh inta kok masih disini? anak – anak udah ada di lapangan loh?”seorang teman yang kebetulan satu tim dalam kepanitian penyelenggaraan liga sepak bola sekolahku yang sudah diselenggarakan beberapa hari ini, bertanya dengan ketertegunannya melihatku sendiri di tempat ini.

“ehm hari ini bukan piket kerjaku”

“loh terus ngapain ke sekolah”

“gak ada cuma main aja”

“ke lapangan aja, sekalian bantuan temen – temen mau ga?”

“ehm ya udah” aku putuskan untuk ikut ke lapangan daripada aku sendiri di tempat ini.

“aku boleh pinjam ponsel? aku mau sms kakakku” aku berbohong padanya. dia memberika hp nya

aku mengirim sebuah pesan pada dia yang sudah 5 jam aku tunggu.

apa kamu masih mau datang?

aku sudah menuggu, aku tunggu di lapangan sekolah

INTA

***

sorak sorai memenuhi lapangan sepak bola, entah kenapa rasa sorak sorai itu membuat ku merasa sakit,

seolah sorak sorai itu menertawakan kebodohanku, mengharapkan seseorang datang menepati janji

meskipun sudah 6 jam lebih berlalu dan dia tak kunjung datang.

keperihan ini membuat kata – kata perpisahna itu merasuk.

yang aku tau, dan saat ini memenuhi pemikiranku bahwa kesetiaan itu hal yang bulshit!!

it is a damn thing.

…….

…….

…….

7 jam atau mungkin sudah lebih.

kebencian itu menyeruak, menyeruak menguasai semua diriku.

dan kebencian itu terus tersimpan rapat.

dan terus tersimpan disini.

kau tau? benar apa yang mereka katakan bahwa beda benci dan cinta amatlah tipis.

aku menunggunya, tlah menunggunya tapi dia tak kunujung datang.

tak mengertikah ia aku menangis. meringkuk dalam kekecewaan yang berulang kali datang,

dan tak tau kah ia, aku menunggungya, tlah meunggunya jauh sebelum kebencian ini menyeruak…

——————————————————————————————————————————

——————————————————————————————————————————

oleh Fariz Putri pada 30 Januari 2011 jam 11:45

Tinggalkan komentar